Tahukah anda..
Apa penyebab rem bus tiba-tiba blong?
Sebelumnya, mari kita pelajari terlebih dahulu beberapa sistem pengereman yang dipergunakan untuk menahan laju kendaraan.
Hydraulic System
Gaya tekan pada pedal rem diperkuat oleh booster kemudian menuju ke master silinder. Pada master silinder, piston menekan minyak rem meningkatkan tekanan fluida (minyak rem). Tekanan ini ditransmisikan melalui saluran rem untuk setiap roda, di mana silinder pada tiap roda kemudian menekan kampas rem. Sumber gaya tekan pada sistem ini benar-benar dihasilkan dari pedal rem yang diinjak oleh driver (meskipun nantinya diperkuat oleh booster)
Air Over Hydraulic System
Pada sistem ini, yang mendorong kampas rem masih berupa tekanan minyak rem sama seperti pada hydraulic system. Bedanya yaitu kaki driver tidak langsung menekan master silinder hydraulic. Melainkan “hanya” membuka atau menutup katup dan kemudian udara kompressor mengalir, menekan master silinder. Sumber gaya tekan pada sistem ini berasal dari udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompressor.
Full Air Brake System
Full air brake adalah sistem pengereman yang paling banyak dipakai pada bis, truk dan kendaraan berat lainnya. Untuk bis sendiri, saat ini rata2 sudah mengaplikasikan sistem ini. Perbedaan mendasar dengan sistem hidrolik adalah media yang digunakan untuk menekan kampas rem. Pada sistem hidrolik menggunakan media minyak, sedang pada full air brake menggunakan tekanan udara.
Pada sistem full air brake terdapat beberapa komponen utama antara lain:
- Compressor
- Pressure regulator
- Air reservoir tank
- Treadle valve (Pedal rem)
- Front / rear proportioning valve
- Front and rear service brake chamber + spring brake chamber
- Spring brake release valve (Tuas rem parkir)
Prinsip kerja sederhananya kurang lebih sebagai berikut:
Udara bertekanan yang dihasilkan oleh kompresor masuk ke air reservoir tank kemudian menuju treadle valve (pedal rem). Treadle valve inilah yang mengatur besar kecilnya tekanan udara di chamber yang menekan kampas rem, semakin dalam treadle valve diinjak maka semakin besar tekanan di chamber dan otomatis rem semakin mengunci. Disinilah perbedaan dengan system hidrolik, kalau di system hidrolik kaki kita menginjak pedal rem itu untuk menekan / memompa minyak. Tapi di system full air brake sebenarnya kita “hanya” membuka dan menutup katup, tenaga untuk mendorong kampas rem berasal dari tekanan udara dari kompressor.
Ada perbedaan pada brake chamber roda depan dan belakang. Pada roda depan hanya menggunakan air brake chamber, sedangkan pada roda belakang dikombinasikan antara air brake chamber dengan spring brake chamber. Spring brake chamber berfungsi sebagai alat keamanan jika terjadi kegagalan system pengereman (misal selang udara bocor, kompressor rusak dll) dan juga berfungsi sebagai rem parkir.
Berikut ini gambar penampang air brake chamber roda depan
Gambar 2 adalah kondisi air brake chamber off, dimana tidak ada udara compressor yang dialirkan oleh treadle valve (pedal rem tidak diinjak). Tekanan di chamber 0 kg/cm2
Gambar 3 adalah kondisi air brake chamber on, dimana udara compressor masuk setelah treadle valve diinjak. Semakin dalam treadle valve diinjak, semakin tinggi tekanan dalam chamber (0-10 kg/cm2) dan semakin kuat chamber mendorong pushrod yang menggerakkan kampas rem. Ketika pedal rem dilepas maka tekanan di chamber dibuang ke atmosfir (pada treadle valve berbunyi cess…!!!) Dan chamber pun kembali ke posisi off karena ada tekanan balik dari pegas.
Untuk roda belakang merupakan kombinasi antara air brake chamber dengan spring brake chamber. Berikut gambar penampangnya:
Gambar 4 adalah kondisi service brake off (penjelasannya persis seperti diatas / roda depan) dan spring brake chamber posisi off. Pada saat spring brake chamber posisi off didalamnya ada tekanan udara compressor (3-10kg/cm2) yang dialirkan melalui spring brake release valve (tuas rem parkir) Tuas rem parkir off berarti udara compressor mengalir ke spring brake chamber.
Gambar 5 adalah kondisi service brake on (treadle valve diinjak) dan spring brake chamber posisi off (tuas rem parkir tidak diaktifkan)
Gambar 6 adalah kondisi spring brake chamber on, dimana pegas menekan pushrod yang kemudian menggerakkan kampas rem. Kondisi ini terjadi karena udara yang ada di chamber di buang / tuas rem parkir diaktifkan. Makanya pada saat tuas diaktifkan akan berbunyi ceesss…!!!
Kondisi seperti pada gambar 6 inilah yang terjadi apabila ada kegagalan sistem. Inilah keunggulannya bila dibandingkan dengan sistem hidrolik. Pada sistem hidrolik bila ada kebocoran selang rem maka minyak akan muncrat keluar bila pedal rem diinjak dan rem tidak akan berfungsi. Pada sistem full air bila ada kebocoran selang udara, rem akan terkunci oleh tekanan dari pegas yang ada di dalam spring brake chamber. Maka dari itu pada sistem pengereman full air, driver wajib selalu mengecek tekanan udara kompressor. Karena bila tekanan semakin drop maka pegas akan semakin mendorong pushrod untuk menggerakkan kampas rem dan pada akhirnya terkunci.
Dari ketiga sistem tersebut, Full Air Brake dengan spring brake chamber adalah yang paling aman. Pada sistem Hydraulic dan Air Over Hydraulic apabila terjadi kebocoran fluida penekan (minyak rem) maka tekanan dari master silinder tidak bisa diteruskan menuju silinder rem tiap-tiap roda. Minyak rem akan muncrat keluar dari sistem. Sedangkan pada Full Air Brake System, bila terjadi kebocoran udara penekan maka rem akan terkunci. Hal ini disebabkan adanya gaya dorong dari pegas di spring brake chamber. Penjelasan selengkapnya silahkan buka link diatas
Lalu mengapa bisa terjadi tiba-tiba rem blong? Meskipun sistem Full Air brake adalah yang paling aman?
Ada komponen paling vital pada sistem pengereman, yaitu kampas rem. Pada saat menghentikan kendaraan berkecepatan tinggi fungsi kampas rem memiliki beban mencapai 90% dari komponen lainnya, bahkan keselamatan jiwa manusia tergantung pada keampuhan dari komponen tersebut.
Ada 2 macam kampas rem berdasarkan bahan baku utamanya, yaitu Non Asbestos dan Asbestos. Kampas rem yang terbuat dari bahan Non Asbestos umumnya terdiri dari 4 s/d 5 macam fiber (serat) di antaranya kevlar, steel fiber, rock wool, cellulose dan carbon fiber yang memiliki serat panjang. Sedangkan kampas rem dari bahan Asbestos hanya memiliki 1 jenis fiber yaitu Asbes yang merupakan komponen karsinogenik (menyebabkan kanker).
Kampas rem asbetos tidak tahan pada temperatur tinggi. Pernahkah kita merasakan rem tiba-tiba blong ketika kita melewati turunan panjang? padahal kampas masih tebal. Nah itulah kelemahan kampas rem asbestos yang hanya mampu bertahan pada temperatur kurang lebih 200 derajat celsius. Diatas temperatur tersebut akibatnya akan terjadi fading atau gejala dimana koefisien gesek akan turun drastis dan menyebabkan rem blong.
Oleh sebab itu pada peraturan pemerintah tentang kendaraan, disebutkan kendaraan dengan JBB diatas sekian ton wajib diberi alat bantu pengereman. Kendaraan berat tentu akan memerlukan energi yang besar untuk menghentikan lajunya yang mengakibatkan panas berlebih pada kampas rem. Alat bantu pengereman yang umumnya dipasang di bus adalah exhaust brake dan retarder. Penting kiranya bagi pengemudi bus untuk memahami pola pengoperasian alat bantu pengereman tersebut, terutama pada saat melaju di turunan tajam dan turunan panjang. Tanpa alat bantu pengereman tersebut tentu kerja sistem pengereman utama menjadi berat, kampas rem menjadi panas dan akhirnya rem ngeblong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar